Facebook Pixel Code Tips Menyiapkan Menu MPASI untuk Si Kecil

Tips Menyiapkan Menu MPASI untuk Si Kecil

Menu MPASI

Kapan bayi mulai MPASI? Memasuki usia 6 bulan, si Kecil sebenarnya sudah memerlukan Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk membantu melengkapi kebutuhan nutrisi si Kecil yang makin meningkat. Masa MPASI juga terkenal dengan masa penyapihan (weaning). Artinya mulai memberikan makanan padat pendamping ASI secara bertahap sesuai jumlah, jenis, tekstur, frekuensi, dan konsistensinya hingga seluruh nutrisi si Kecil tercukupi dengan makanan. Pemberian MPASI ini bisa dilakukan dari usia 6 bulan hingga 23 bulan. Waktu-waktu tersebut  menjadi sangat krusial demi pertumbuhan anak.

Nutrisi yang Penting dalam Menu MPASI 

Bunda bisa membuat menu MPASI sendiri di rumah. Salah satu hal yang perlu diperhatikan, yakni memerhatikan jenis, variasi, dan kandungan bahan makanan yang digunakan. 

Makanan yang mengandung zat besi untuk bayi menjadi salah satu nutrisi yang penting untuk ada dalam menu MPASI si Kecil. Oleh karena itu, sebaiknya Bunda memilih bahan makanan menu MPASI yang banyak mengandung zat besi seperti bayam, daging dan hati ayam atau sapi. 

Selain itu, dalam menu MPASI si Kecil, Bunda juga bisa memberikan makanan yang mengandung lemak untuk menjadi salah satu sumber energi. Makanan yang mengandung mineral, vitamin, dan protein hewani juga harus diberikan pada menu MPASI terutama yang mengandung seng dan vitamin A.

Tips Menyiapkan Menu MPASI 

Bunda, ada beberapa tips yang dapat Bunda lakukan dalam menyiapkan menu MPASI si Kecil sesuai dengan saran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)sebagai berikut:

Gambar Tips Menu Mpasi Si Kecil

 

 

1. Saat usia 6-8 bulan, si Kecil dapat diberikan makanan pendamping yang dihaluskan dan semi padat 2-3 kali sehari. Ketika menginjak usia 8 bulan, Bunda bisa berikan makanan ringan yang mampu dimakan sendiri oleh si Kecil.

2. Memasuki usia 9–24 bulan, Bunda bisa meningkatkan frekuensinya menjadi 3-4 kali sehari.

3. Saat usianya 12-24 bulan, Bunda bisa berikan camilan tambahan yang bergizi sebanyak 1-2 kali sehari. Memasuki 12 bulan, si Kecil biasanya sudah bisa mengonsumsi makanan yang dikonsumsi anggota keluarga lainnya, misalnya yang berasal dari hewani seperti telur, unggas, daging, ikan, dan produk susu.

4. Hindari memberikan makanan yang bisa membuat si Kecil tersedak, misalnya potongan makanan yang besar. Selain itu, hindari juga memberikan minuman yang nilai gizinya kecil seperti minuman bersoda, kopi, dan teh. 

Tips Masak Menu MPASI 

Dalam memasak dan menyiapkan menu MPASI, ada beberapa hal yang perlu untuk dilakukan ya, Bunda, seperti tips di bawah ini:

1. Pastikan kebersihan tangan dan peralatan memasak ketika menyiapkan menu MPASI. 

2. Dalam menyiapkan dan membuat menu MPASI, pastikan menggunakan cara, bahan, dan alat yang aman dan terjaga kebersihannya.

3. Pisahkan talenan yang Bunda pakai untuk memotong bahan matang dan bahan mentah.

4. Penggunaan santan, minyak, dan mentega bisa Bunda gunakan untuk memberikan tambahan kalori.

Tips Menyimpan Bahan Menu MPASI

Bunda, dalam menyimpan bahan menu MPASI terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti:

Gambar Tips Menyiapkan Menu MPASI si Kecil

1. Makanan seperti sayuran, telur, ikan, kedelai, nasi, pasta, dan daging termasuk yang rentan terpapar bakteri. Sebaiknya makanan-makanan tersebut disimpan di kulkas yang bersih dan suhunya kurang dari 5 derajat Celsius untuk menghindari kontaminasi bakteri.

2. Simpan ikan dan daging pada wadah yang berbahan plastik dan jangan digabung. Selain itu, jangan juga mencampur bersama makanan yang telah diolah sebelumnya dan bahan makanan yang siap makan.

3. Bila ingin mencairkan makanan beku (frozen foods) yang ada di kulkas bisa gunakan microwave. Hal yang perlu diingat, bahan menu MPASI yang sudah dicairkan harus segera dimasak dan makanan beku yang sudah dimasak tidak boleh dibekukan lagi ya, Bunda.

4. Makanan menu MPASI perlu disimpan berdasarkan petunjuk penyimpanan yang tertera di dalam kemasan makanan tersebut. Jangan konsumsi bila tanggal kedaluwarsanya sudah lewat.

5. Bila ada makanan yang semestinya disimpan pada kulkas, jangan digunakan lagi bila sudah berada di luar kulkas dalam durasi dua jam bahkan lebih.

Untuk melihat apa saja menu MPASI yang bisa Bunda buat untuk si Kecil, Bunda bisa melihat rekomendasinya di sini.

Alergi merupakan salah satu jenis gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Alergi dapat terjadi bila sistem kekebalan seseorang memiliki sensitivitas yang berlebihan terhadap zat tertentu, yang bagi orang lain tidak menimbulkan masalah. Gejala alergi yang muncul pada anak dapat berbeda-beda, seperti mata gatal,berair, diare, nyeri perut, sariawan, nyeri kepala, batuk, pilek ataupun sesak. 

Dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan ruam, tekanan darah turun, gangguan pernapasan, bahkan kematian. Biasanya gejala dapat berlangsung cukup lama atau tak kunjung sembuh jika paparan terhadap alergen (penyebab alergi) berulang. Ini misalnya jika mengonsumsi makanan tertentu, berada di dekat hewan berbulu atau terpapar debu rumah.1

Reaksi alergi adalah cara tubuh merespons “serangan” dari luar. Saat tubuh merasakan adanya benda asing, zat antigen akan memicu sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh ini biasanya melindungi dari agen berbahaya seperti bakteri dan racun. Reaksi berlebihan terhadap zat yang tidak berbahaya (alergen) disebut reaksi hipersensitivitas, atau reaksi alergi. 

Risiko anak terkena alergi dapat dikaitkan dengan riwayat alergi pada orang tua. Rangkaian reaksi alergi dimulai dari anak terpapar alergen tertentu (seperti serbuk sari), yang direspons tubuh dengan memproduksi antibodi alergi (IgE). Tugas antibodi ini adalah menemukan molekul zat asing yang masuk ke dalam aliran darah dan membawanya ke sel mast tubuh (jenis sel darah putih) untuk dihancurkan. 

Saat sel mast menghancurkan alergen, bahan kimia yang disebut histamin akan dilepaskan ke aliran darah. Jika jumlah histamin ini menumpuk, dapat menyebabkan gejala gatal, memperbesar pembuluh darah, meningkatkan pengeluaran cairan tubuh dan penyempitan saluran napas. 

Semakin sering reaksi alergi terjadi, semakin besar kemungkinan sistem kekebalan tubuh akan menjadi respons imun dan dilakukan secara teratur oleh tubuh jika terpapar alergen. Hal ini yang menyebabkan alergi sulit “disembuhkan”.1,2

Gejala alergi umumnya bisa hilang atau berkurang pada siang hari karena secara alami, tubuh manusia memiliki siklus diurnal yang aktif pada siang hari. Tubuh akan memproduksi hormon adrenalin dan kortisol lebih banyak pada siang hari dan menurun saat malam hingga pagi hari. Adrenalin dan kortisol dapat menghilangkan atau mengurangi gejala alergi.3

Jika Bunda atau keluarga memiliki alergi, hal yang pertama kali harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter ahli untuk menegakkan diagnosis alergi. Tenaga kesehatan ahli nantinya akan dapat memberikan terapi yang sesuai gejala alergi yang muncul. Tidak ada obat untuk alergi. 

Bunda hanya dapat menata laksana alergi dengan cara mencegah dan merawat. Bila Bunda mendapatkan anak selalu mengalami gejala alergi saat mengonsumsi makanan tertentu, dapat diduga ia menderita alergi. Untuk memastikan, Bunda dapat melakukan pantang makan (eleminasi) produk makanan yang menyebabkan alergi dan makanan lainnya yang mengandung bahan sama selama tiga minggu. Bila secara konsisten gejala menghilang, lanjutkan dengan konsumsi kembali makanan kembali (provokasi) setiap hari selama seminggu. 

Bila gejala timbul lagi, boleh dikatakan anak bunda memang alergi terhadap makanan tersebut. Bila dalam tahap eleminasi, tetap timbul gejala alergi, kemungkinan anak juga dapat mengalami alergi terhadap makanan lainnya atau menderita alergi selain makanan, misalnya bulu binatang atau debu rumah. Anak bisa sembuh atau terbebas dari gejala alergi bila Bunda memiliki kemampuan mengenali gejala alergi, kemampuan untuk mendeteksi alergi dan menghindarikan anak dari alergen.

Artikel Terpopuler