Facebook Pixel Code Ciri-ciri Feses Bayi Alergi Susu Sapi yang Perlu Bunda Ketahui

Ciri-ciri Feses Bayi Alergi Susu Sapi yang Perlu Bunda Ketahui

 

Seperti yang kita tahu, ASI adalah sumber makanan terbaik bagi bayi sampai setidaknya ia berusia 6 bulan. Meski begitu, ada beberapa kondisi tertentu yang mungkin membuat si Kecil tidak bisa mendapatkan ASI sebagai asupan utamanya sehingga diperlukan dampingan susu sapi untuk memenuhi asupan nutrisinya. Di sisi lain, terlalu dini mengenalkan susu selain ASI pada bayi dapat meningkatkan risiko ketidakcocokan alias alergi. Nah, salah satu reaksi yang dapat ditunjukkan bayi ketika mengalami ketidakcocokan atau alergi terhadap susu sapi adalah gangguan pencernaan, seperti perubahan bentuk feses.

Yuk, sama-sama kita kenali seperti apa feses bayi yang tidak cocok dengan susu selain ASI dan cara mengatasinya!

Ciri-Ciri Feses Bayi yang Tidak Cocok Susu Selain ASI

Ketidakcocokan atau alergi terhadap susu hewani selain ASI adalah reaksi berlebihan yang ditunjukkan oleh imun tubuh terhadap protein yang ada di dalam susu sapi. 

Reaksi berlebihan tersebut muncul karena sistem imun bayi melawan protein susu karena salah mengira sebagai benda asing yang berbahaya bagi tubuh. Nah, proses perlawanan tersebut akhirnya membuat tubuh si Kecil memproduksi sebuah zat bernama histamin. 

Zat bernama histamin inilah yang kemudian memicu berbagai gejala alergi susu sapi pada bayi, yang salah satunya adalah perubahan pada pola BAB dan bentuk feses, seperti:

  • Lebih sering BAB. 
  • Feses terlihat lebih cair dari biasanya. 
  • Ada lendir di dalam feses bayi. 
  • Feses bayi berdarah dan berwarna kemerahan, pada beberapa kasus.
  • Feses bayi berwarna kehijauan.   

Selain itu, reaksi ketidakcocokan pada susu selain ASI juga bisa terlihat seperti:

  • Mengi (nafas berbunyi ngik-ngik atau seperti mendengkur).
  • Kesulitan bernapas.
  • Pilek. 
  • Batuk-batuk.
  • Suara serak.
  • Penyempitan tenggorokan.
  • Mata gatal.
  • Mata berair.
  • Mata bengkak.
  • Gatal-gatal biduran atau ruam kulit.
  • Pembengkakan pada mata dan telinga. 
  • Penurunan tekanan darah. 
  • Sakit perut.
  • Muntah-muntah. 
  • Diare.
  • Konstipasi.
  • Kolik persisten.

Gejala tersebut umumnya akan muncul langsung setelah si Kecil mengonsumsi susu sapi hingga 1 jam setelah mengonsumsi susu sapi. 

Walau begitu ada kasus khusus dimana gejala alergi susu sapi baru muncul beberapa 48-72 jam hingga beberapa hari kemudian. 

Keparahan alergi yang dialami si Kecil juga tidak selalu sama, Bun. Hari ini mungkin si Kecil hanya menunjukkan gejala ringan, namun esok hari mungkin si Kecil akan menunjukkan gejala yang lebih serius. 

Jangan langsung memutuskan untuk sama sekali menghentikan pemberian susu untuk si Kecil jika memang ia juga tidak bisa mendapatkan asupan ASI yang optimal. 

Untuk mengantisipasi hal ini, Bunda dapat memperhatikan kondisi anak dengan seksama setiap kali ada gejala alergi yang muncul dan berkonsultasi dengan dokter anak kepercayaan untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan terbaik. 

Baca juga: Macam-Macam Makanan yang Kerap Memicu Alergi pada Anak

Penyebab Bayi Tidak Cocok Susu Sapi

Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan si Kecil mengalami alergi terhadap protein dalam susu hewani selain ASI, baik faktor dari dalam tubuh si Kecil maupun faktor luar tubuh si Kecil.

1. Faktor Genetik

Menurut hasil penelitian, 40% masalah ketidakcocokan terhadap makanan atau susu hewani selain ASI merupakan kondisi genetik yang diturunkan dari orang tua.

2. Terpapar Bahan Alergi 

Bayi dapat menunjukan gejala alergi susu sapi walaupun tidak mengonsumsi susu sapi secara langsung. 

Tahukah Bunda, ketika sedang dalam masa menyusui, ternyata semua makanan yang dimakan akan mempengaruhi kandungan nutrisi di dalam ASI? 

Apabila Bunda mengonsumsi susu sapi atau produk olahan lain yang mengandung susu sapi, si Kecil juga akan mendapatkan asupan protein susu sapi melalui ASI sehingga muncullah berbagai gejala alergi.  

Oleh karena itu, jika si Kecil memiliki ASS, Bunda perlu menghentikan konsumsi susu sapi hingga produk olahan susu sapi lainnya seperti keju, yogurt, dan butter. 

Nah, selama melakukan eliminasi susu sapi ini, Bunda juga disarankan untuk mengonsumsi suplemen guna memenuhi kebutuhan kalsium dan vitamin D. 

3. Paparan Polusi Udara

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa paparan polusi udara yang berlebihan dapat meningkatkan risiko bayi mengalami alergi terhadap makanan. Beberapa polusi yang rentan memicu alergi adalah:

  • Uap zat kimia dari perabotan baru.

  • Jamur di tembok atau plafon.

  • Pengembunan di jendela rumah bagian dalam rumah.

  • Debu rumah tangga.

  • Asap rokok.

  • Asap bermotor.

Baca juga: Mitos Susu Soya yang Perlu Bunda Ketahui

Bisakah Alergi Susu Sapi Sembuh?

Pertanyaan yang sering muncul adalah, “Akankah alergi si Kecil adalah kondisi permanen?”

Jawabannya, tidak, Bu. Studi menunjukkan, masalah ketidakcocokan atau alergi terhadap susu hewani dapat sembuh dan hilang total pada saat si Kecil berusia 3-5 tahun. 

Baca juga: 6 Cara Alami Menurunkan Demam pada Bayi Tanpa Obat

Sekarang Bunda sudah mengetahui apa saja gejala yang timbul ketika bayi mengalami alergi susu sapi mulai dari kulit hingga fesesnya. Jangan lupa juga untuk selalu memantau tumbuh kembang si Kecil setiap bulannya lewat Grafik Pertumbuhan Anak guna memastikan pertumbuhanya sudah sesuai dengan kurva WHO.

Semoga artikel ini membantu, ya!

Artikel Terpopuler