Facebook Pixel Code 5 Tips Atasi Dampak Psikis Alergi pada Anak

5 Tips Atasi Dampak Psikis Alergi pada Anak


Dampak Psikologi pada Anak Terhadap Alergi

Saat gejala alergi anak melanda, baik karena alergi makanan ataupun pemicu alergi lainnya, tentu tidak mudah bagi Bunda maupun si buah hati. Bukan saja menyebabkan perubahan kondisi fisik atau menjadi penyakit tertentu. Alergi bisa memberikan dampak psikologiatau emosional yang melelahkan bagi anak.

Menurut American College of Allergy, Asthma & Immunology, sekitar 10 persen anak di bawah usia 18 tahun memiliki alergi pernapasan. Namun, anak-anak akan kerap merasa sendirian atau terkucilkan saat menghadapi problema alergi ini.

Saat alergi melanda, anak kerap harus menghentikan aktivitas mereka, seperti belajar ataupun bermain bersama teman. Perasaan malu, tidak percaya diri, hingga kecemasan mungkin akan hinggap pada diri buah hati Bunda (Pediatric Allergy & Immunology , Juni 2014).

Lalu, apa yang bisa Bunda lakukan supaya anak tidak dirundung dampak psikologi akibat alergi? Bunda bisa mengatasinya dengan tips-tips berikut:

1. Mencari Solusi Penanganan Terbaik

Berbeda dengan penyakit biasa, alergi anak tidak bisa hanya disembuhkan melalui resep dokter atau beristirahat. Namun, ini bukan berarti Bunda harus menyerah. Dengan penanganan alergi anak yang tepat, si buah hati tidak akan merasa “berbeda” dari teman-teman sebayanya.

Caranya adalah mengendalikan gejala saat alergi terjadi. Sediakan obat-obat yang dianjurkan setiap saat dan ajarkan anak untuk menghindari pemicu tertentu. Misalnya menghindari daerah kotor dan berdebu saat bermain, atau tidak terlalu dekat dengan hewan peliharaan.

Bantu buah hati untuk mengenali alergen dan sediakan obat alergi tepat waktu. Ini adalah cara terbaik untuk melawan alergi dan dampak psikispsikologinya.

2. Beri Pengertian

Jika buah hati merasa malu karena menganggap dirinya berbeda, jelaskan sesuai pemahaman atau usia anak. Untuk anak-anak prasekolah, ajarkan secara sederhana bahwa alergi adalah tantangan biasa yang harus dihadapi. Misalnya buah hati Bunda tidak berbeda dari anak lain yang harus memakai kacamata pada usia dini.

Saat anak mulai beranjak dewasa, ajak diskusi untuk mencari solusi secara proaktif. Dengarkan apa saja yang menjadi kekhawatirannya, misalnya tiba-tiba gejala alergi terjadi di hadapan banyak orang. Bunda bisa memberikan solusi seperti minta izin keluar ruangan atau segera menghubungi keluarga.

3. Hindari Langkah Ekstrem

Anak yang memiliki alergi juga tentunya akan memiliki batasan tertentu sesuai tingkat alergi yang diderita. Tak jarang anak harus merelakan hewan kesayangan, boneka favorit, hingga kesempatan bermain di luar demi menjaga kondisi kesehatannya.

Saat ini terjadi, Bunda tidak harus mengambil langkah ekstrem seperti melarangnya secara total. Kompromi dengan pemicu bisa dilakukan misalnya dengan membatasi kontak dengan hewan peliharaan, membersihkan boneka favorit, ataupun memilih lokasi lain untuk bermain.

4. Ajak Anak Berpikiran Terbuka

Dorong buah hati untuk menjelaskan kondisi alergi kepada teman-teman dekatnya. Selain membuatnya merasa lebih lega, teman-teman atau guru juga bisa membantu menjaga dari kemungkinan. Teman-temannya bisa mengingatkan buah hati Bunda saat akan mengkonsumsi makanan tertentu yang bisa menjadi pemicu alerginya.

Tanyakan kepada anak apakah siap berbagai kondisi alergi kepada teman-temannya. Jika dibutuhkan, Bunda boleh memulai pembicaraan ini juga dengan teman-temannya.

5. Fokus Pada Rasa Percaya Diri

Bangun rasa percaya diri dan sisi unggul anak dengan motivasi dan pengarahan yang tepat. Alergi tidak harus menjadi hal yang menentukan kualitas anak. Banyak hal lain yang bisa menjadi kebanggaan dan sisi positif dirinya.

Orang tua sangat dianjurkan untuk bersifat percaya diri dalam mengatasi alergi anak. Jangan panik dan tetap tenang saat alergi melanda. Ini agar anak tidak semakin merasa sedih atau tidak percaya diri. Ingat, rasa percaya diri Bunda akan tercermin juga pada cara buah hati menyikapi alerginya.

Artikel Terpopuler