Facebook Pixel Code Cara Berkomunikasi dengan Anak Usia 2-3 Tahun

Cara Berkomunikasi dengan Anak Usia 2-3 Tahun

Interaksi yang positif akan menjadi bekal bagi si kecil saat ia tumbuh besar. Komunikasi yang baik merupakan dasar bagi hubungan yang baik antara orang tua dan anak. Oleh karena itu, ada beberapa cara berkomunikasi dengan anak yang berusia 2-3 tahun untuk menciptakan hubungan yang positif.

Cara berkomunikasi dengan anak 2-3 tahun

Salah satu kunci mengasuh anak adalah berkomunikasi dengan si kecil. Berkomunikasi pun harus dilakukan secara teratur. Untuk menciptakan hubungan yang positif, komunikasi harus terjadi dua arah.

 

Baca juga: Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

 

Menjadi panutan

Untuk menciptakan komunikasi 2 arah, Bunda harus mampu berkomunikasi dengan baik. Umumnya, saat si Kecil sudah menginjak usia 2 tahun, anak sudah dapat meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa atau anak yang lebih tua. Maka dari itu, penting sekali agar Bunda dapat menjadi panutan yang baik untuk anak, terutama ketika berinteraksi dengan orang lain.

Saat menunjukkan kebaikan dan rasa hormat ketika berbicara dengan orang lain, si Kecil bisa mengikuti hal ini. Menunjukkan perilaku yang baik di depan anak bisa mengajarkan anak cara berkomunikasi yang baik, baik terhadap Bunda atau orang lain kelak.  Si Kecil memang belum bisa berbicara atau memahami banyak kata dengan lancar, tetapi anak sudah mengerti bahasa jauh sebelum mampu berbicara.

Selain itu, cara berkomunikasi dengan anak adalah menggunakan gaya bahasa yang mudah dimengerti. Berbicara tentang hal sederhana, seperti mengucapkan,"Biru, kamu memakai baju warna biru, kan?". Lakukan kontak mata ketika berbicara dengannya dan beri kesempatan untuk si Kecil merespons.

Pendengar yang baik

Selain berinteraksi, cara berkomunikasi dengan anak untuk menciptakan hubungan yang positif adalah menjadi seorang pendengar yang baik. Saat Anda bertanya tentang warna baju yang sedang dipakai si Kecil, jangan terburu-buru mengoreksi kesalahan penyebutan katanya. Lebih penting mendengarkan perkataannya secara saksama daripada mengoreksi kesalahan pengucapannya.

Misalnya, maksud si Kecil menjawab pertanyaan terkait warna baju yang ia pakai dan ia menjawabnya dengan "warna bilu". Daripada mengoreksi, lebih baik mengulang perkataannya dengan benar, seperti mengucapkan,"warna biru". Hal ini menunjukkan Bunda mendengarkan pernyataannya dengan teliti.

Kemudian, hormati dan pahami perasaan anak. Wajar jika sesekali terganggu dan mengabaikan perkataan anak, tetapi jangan terus-menerus mengabaikannya.

Apabila anak bercerita tentang perasaannya, jangan buru-buru memberi penilaian, menggoda, atau mengkritiknya. Menunjukkan empati bukan berarti setuju dengan perbuatannya.

Sebut saja, ketika anak marah dan melempar mainannya. Bunda dapat bertanya terlebih dahulu apa alasannya. Setelah beberapa saat memberi tahu bahwa Bunda mengerti alasan ia marah, tetapi mengajarkan bahwa melempar barang ketika marah bukanlah hal yang patut dilakukan. Di saat bersamaan, Bunda juga mendorong anak untuk berpendapat dan mendengar.

Merespons perilakunya

Cara berkomunikasi dengan anak adalah memberikan perhatian kepadanya. Salah satu cara memberikan perhatian adalah merespons perilakunya. Merespons tindakan anak umumnya terbagi menjadi dua, yaitu memberikan perhatian yang positif dan negatif.

Perhatian yang positif, seperti memuji perbuatan baik, menunjukkan Bunda senang dengan hal yang dilakukan oleh si Kecil. Berikan anak bentuk perhatian yang positif agar anak paham perilaku yang ia sukai, meningkatkan hubungan orang tua dan anak, serta membuatnya percaya diri.

Di sisi lain, bentuk perhatian yang negatif menunjukkan bahwa Bunda tidak suka dengan hal yang si Kecil perbuat. Contoh respons negatif terhadap perilaku anak adalah memarahi, meneriaki, dan mengoreksi tindakan anak. Bentuk perhatian yang negatif akan menimbulkan masalah bila Bunda lebih sering merespons perilakunya secara negatif daripada positif.

Tambahan, segala bentuk perhatian, baik positif atau negatif, akan menambah kemungkinan si Kecil mengulang perilaku yang direspons. Dengan begitu, supaya anak tidak mengulang perilaku negatif, Bunda dapat mengabaikan perilaku tersebut karena mengabaikan juga merupakan bentuk merespons perilaku anak. Tentu saja, perilaku yang diabaikan adalah perilaku seperti merengek, saat tidak ada yang salah atau sakit, yang umumnya dilakukan untuk mencari perhatian Bunda. Jangan mengabaikan perilaku yang membahayakan diri atau menghancurkan barang.

Luangkan waktu untuk bermain

Meluangkan waktu untuk bermain merupakan cara berkomunikasi dengan anak yang berguna untuk mempererat hubungan Bunda dan si kecil. Gunakan waktu bermain untuk mendengarkan perkataannya, memuji, meniru, atau mendeskripsikan suatu hal. Salah satu cara meluangkan waktu untuk bermain adalah membacakan buku cerita untuk si Kecil.

Bunda dapat mendorongnya berbicara dengan meminta si Kecil menjelaskan hal-hal sederhana yang ada di buku cerita. Puji si Kecil ketika ia berhasil menjawab sesuatu yang Bunda tanyakan.

Gunakan perilaku buruk di sebuah buku cerita untuk mendeskripsikan kepada anak bahwa hal tersebut bukan hal yang baik untuk dilakukan. Selain menyenangkan untuk dilakukan, Bunda dapat mengajarkan banyak hal saat meluangkan waktu untuk bermain dengan si Kecil.

Sederhananya, cara berkomunikasi dengan anak yang baik adalah komunikasi yang terjadi 2 arah. Dengan begitu, hubungan positif akan tercipta sekaligus menjadi bekal untuk si Kecil di masa depan.

Artikel Terpopuler