Ibu hamil cenderung lebih rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh makanan dan beberapa penyakit menular. Hal ini disebabkan karena keunikan sistem imun tubuh yang terbentuk pada masa kehamilan. Itu sebabnya Bunda perlu tahu apa saja jenis makanan yang dilarang untuk ibu hamil, yang dapat berisiko bagi Bunda dan si Kecil dalam kandungan, oleh karena kontaminasi, bioakumulasi, atau bahan kimia yang terjadi secara alami dalam makanan itu sendiri.
Berikut 6 bahan yang terkandung dalam makanan yang dilarang untuk ibu hamil:
1. Merkuri
Metil merkuri ditemukan dalam makanan yang dimakan oleh jenis ikan tertentu dan tetap berada di tubuh ikan bahkan setelah dimakan. Ketika Bunda kemudian memakan ikan ini, sebagian dari metil merkuri yang tetap berada di tubuh ikan ini dapat melewati penghalang plasenta dan membahayakan perkembangan sistem saraf janin.
Lalu bagaimana untuk memastikan ikan yang dimakan aman? Apalagi ikan merupakan sumber penting dari sejumlah nutrisi berkualitas tinggi bagi ibu hamil, mulai dari protein hingga asam lemak. Caranya, cukup hindari ikan yang dikenal memiliki kandungan metil merkuri tinggi, seperti hiu, tuna, ikan pedang, dan king makarel. Sebagai gantinya, setiap minggu Bunda bisa coba mengonsumsi 12 ons ikan dengan kandungan merkuri rendah berikut ini: salmon, tuna kaleng, udang, nila, dan sarden.
2. Kafein
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan untuk membatasi asupan kafein maksimal 200 miligram per hari. Itu artinya, Bunda harus teliti mencatat semua sumber kafein yang bisa terkandung di dalam makanan sehari-hari.
Selain kopi (baik kopi biasa maupun kopi tanpa kafein), kafein juga terdapat dalam teh non-herbal (seperti teh hijau, teh matcha, teh yerba maté, teh chai, teh hitam dan teh oolong), obat-obatan (seperti obat sakit kepala dan obat migrain tertentu), cokelat, soda, produk dan suplemen herbal tertentu (yang mengandung guarana / paullinea cupana dan kacang kola / cola nitida) serta jenis minuman energi tertentu.
Tahukah Bunda, teh hijau tidak hanya mengandung kafein, tetapi juga dapat membatasi penyerapan asam folat tubuh, nutrisi penting yang mempromosikan perkembangan yang baik dari tabung saraf si Kecil dalam kandungan, yang nantinya akan menjadi otak dan sumsum tulang belakang? Meskipun belum ditemukan kejelasan hubungan antara teh hijau dan asam folat, untuk amannya, batasi konsumsi teh hijau hingga 1-2 gelas per hari ya, Bun.
3. Pemanis Buatan
Secara umum, yang paling baik adalah menghindari semua jenis pemanis buatan yang dijual di pasaran dan mengandung sucralose, aspartame, Acesulfame-potassium (Ace-K), dan sakarin (yang mengklaim produknya manis dan rendah kalori) karena belum terbukti keamanannya jika dikonsumsi selama masa kehamilan.
4. Alkohol
Ketika Bunda mengonsumsi minuman beralkohol, maka si Kecil di dalam kandungan pun akan turut merasakannya. Tidak ada jumlah konsumsi alkohol yang diketahui aman selama kehamilan, dan semua jenis alkohol, seperti minuman keras, anggur merah, bir, dan sake, sama-sama berbahaya. Mengonsumsi minuman beralkohol selama masa kehamilan juga dapat meningkatkan risiko si Kecil dalam kandungan mengalami cacat lahir.
Perlu Bunda ketahui, bahwa selain mengandung kafein, teh kombucha pun mengandung alkohol. Akibat kurangnya penelitian mengenai keamanan, manfaat, dan risiko potensial yang terkait dengan kombucha, yang terbaik adalah menghindarinya saat hamil.
5. Teh dan produk herbal
Hindari teh yang diberi label suplemen obat atau herbal karena teh tersebut dimaksudkan untuk menyajikan ramuan daun-daunan untuk obat dengan konsentrasi tinggi dan bisa saja mengandung bahan-bahan baku yang tidak diketahui. Juga hindari teh yang mengandung goldenseal, black cohosh dan blue cohosh, ephedra, dong quay, feverfew, juniper, pennyroyal, St. John's Wort, rosemary, atau thuja.
Teh herbal dalam kemasan seperti teh peppermint, jahe, chamomile, campuran zinger, dan varian rasa lainnya aman untuk diminum dalam jumlah sedang (maksimal 4 cangkir dengan takaran 8 ons per hari dari jenis apa pun).
6. Makanan yang tidak dipasteurisasi, kurang matang, dan mentah
Yang terbaik adalah menghindari produk susu yang tidak dipasteurisasi (melalui proses pemanasan makanan untuk memperlambat pertumbuhan mikroba).
Jika ingin mengonsumsi keju, selalu periksa labelnya terlebih dulu. Namun umumnya, keju keras lebih aman karena cenderung terbuat dari susu yang dipasteurisasi atau dimasak pada suhu tinggi. Keju yang terbuat dari susu mentah harus benar-benar dihindari ya, Bun. Sedangkan keju apa pun yang dipanaskan hingga meleleh dan bergelembung aman untuk dikonsumsi.
Periksa jus yang dibeli di toko dan sari buah apel untuk memastikan apakah sudah dipasteurisasi. Jus segar yang dibuat di rumah dengan buah-buahan dan sayuran yang dicuci dengan baik seharusnya aman untuk dikonsumsi jika Bunda segera meminumnya.
Makanan lain yang meskipun telah dinyatakan sehat, namun dapat menimbulkan risiko bagi Bunda dan si Kecil di dalam kandungan sebaiknya dihindari, misalnya daging-dagingan, unggas, ikan, telur, dan daging olahan yang kurang matang,
Selanjutnya, cek daftar lengkap makanan yang dilarang untuk ibu hamil karena berisiko tinggi ini.
* Meminimalkan makanan berisiko
Hindari telur mentah atau kurang matang, unggas, daging, dan makanan laut yang dimasak dengan tingkat kematangan ‘rare’ atau ‘medium rare’; makanan yang tidak dipasteurisasi; buah dan sayuran yang tidak dicuci; daging olahan (seperti daging olahan yang sudah dipotong menjadi lembaran, daging yang telah diawetkan sebelumnya dan siap untuk dimasak, kecuali bila disajikan panas-panas); makanan laut dengan kandungan merkuri tinggi (seperti tuna, hiu, king makarel dan ikan pedang); makanan laut yang diasapi dan salad berbahan dasar mayones yang dibuat di toko (seperti salad telur, salad tuna, salad ayam, atau salad seafood); es krim bertekstur lembut dan yogurt beku (meskipun produk susu yang digunakan dalam makanan penutup beku ini biasanya dipasteurisasi, dispenser dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteri berbahaya, seperti bakteri Listeria, jika jarang dibersihkan atau dibersihkan dengan cara yang tidak tepat); kecambah mentah; pemanis buatan; alkohol; kelebihan kafein dari semua sumber (melebihi batas maksimum 200 miligram per hari, kira-kira jumlahnya 2 cangkir kecil kopi); dan teh hijau dalam jumlah berlebihan (lebih dari 2 gelas per hari).
* Makan makanan yang baru dimasak
Hindari makanan yang sudah dimasak sebelumnya atau didinginkan dan didiamkan pada suhu ruangan selama lebih dari dua jam (misalnya makanan yang dipajang di etalase toko) atau lebih dari satu jam pada suhu sekitar 32 derajat Celcius atau lebih (misalanya makanan yang dimasak dengan teknik barbekyu/panggang). Jangan mengonsumsi makanan apa pun yang sudah kadaluarsa, berbau, atau penampilannya sudah berubah. Jika Bunda ragu, langsung buang makanan tersebut!
* Lakukan teknik-teknik memasak yang aman
Selalu cuci bahan-bahan makanan yang hendak dimasak sampai bersih. Bilas semuanya dengan air keran yang mengalir sebelum dimakan, dipotong, atau dimasak. Masak semua daging dengan suhu yang tepat dan langsung masukkan sisa makanan ke dalam kulkas.
Jaga dapur agar tetap bersih; cuci tangan, pisau, dan peralatan lainnya, bersihkan permukaan meja dan talenan setelah digunakan dengan disinfektan, gunakan talenan yang berbeda untuk daging mentah / ikan / unggas, ganti lap piring secara berkala, dan panaskan spons pencuci piring di dalam microwave untuk membunuh bakteri-bakteri yang mungkin bersarang di sana.
* Panaskan sisa makanan dengan benar
Sisa makanan yang didinginkan atau makanan yang sudah dimasak sebelumnya harus dipanaskan sepenuhnya sampai ada asap yang mengepul sebelum dikonsumsi kembali.
* Jangan malu bertanya saat makan di luar
Buang jauh-jauh perasaan takut atau malu bertanya pada pelayan restoran atau tempat makan mengenai bahan-bahan makanan yang dipakai dan juga teknik memasak. Pesanlah daging, ikan, dan unggas yang dimasak sampai matang dan periksa untuk memastikan bahwa daging tersebut sudah benar-benar matang sebelum dimakan. Pastikan saus salad atau makanan penutup (es krim, puding, tiramisu) yang Bunda pesan tidak terbuat dari telur mentah. Lebih baik aman daripada menyesal belakangan, kan?
* Hubungi dokter atau layanan kesehatan jika khawatir terhadap gejala yang tidak normal
Jika Bunda mengalami tanda-tanda sakit yang disebabkan oleh makanan seperti mual, muntah, diare, atau demam setelah mengonsumsi makanan yang dilarang untuk ibu hamil, segera hubungi dokter atau layanan kesehatan.